
JatimHub – Kesejahteraan petani tembakau di Jawa Timur tidak bisa hanya ditopang oleh harga jual hasil panen. Dibutuhkan sinergi lintas sektor yang melibatkan masyarakat, pemerintah, akademisi, hingga industri.
Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jawa Timur, Ir. Dydik Rudy Prasetya, MMA, yang menekankan pentingnya pendekatan kolaborasi sebagai strategi utama menjawab tantangan klasik petani tembakau.
“Sinergi semua elemen menjadi kunci. Ketika pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat berjalan bersama, maka petani tembakau bisa lebih berdaya dan sejahtera,” ujar Dydik Senin, (22/09/2025).
Menurutnya, kolaborasi ini dapat menjadi solusi konkret atas problem lama yang terus menghantui petani, mulai dari fluktuasi harga, tingginya biaya produksi, hingga keterbatasan akses pasar.
Disbun Jatim bersama Pemkab sentra tembakau kini fokus memperkuat regulasi, menyediakan pupuk dan benih unggul, serta mengelola Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) agar lebih tepat sasaran.
Selain pemerintah, akademisi juga berperan penting lewat riset dan inovasi. Misalnya, mengembangkan produk turunan tembakau untuk farmasi dan kesehatan serta teknologi pascapanen yang ramah lingkungan.
Dukungan industri pun tak kalah vital. Perusahaan pengolah tembakau diharapkan menjalin kemitraan yang lebih adil dan transparan dengan petani, baik melalui kontrak tanam maupun penentuan harga. Tak hanya itu, program CSR industri juga didorong menyentuh bidang pendidikan, pelatihan, hingga pemberdayaan keluarga petani.
Sementara organisasi seperti Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) didorong memperkuat solidaritas petani sekaligus mengadvokasi kebijakan harga yang lebih berpihak.
“Dengan kerja sama, kesejahteraan petani tidak hanya ditopang dari sisi harga, tetapi juga dari akses pasar, inovasi, serta jaminan keberlanjutan ekonomi. Inilah arah besar yang sedang kita dorong,” pungkas Dydik.